Prosesi Pernikahan Adat Betawi
Pernikahan adat Betawi sangat dipengaruhi oleh budaya bangsa Arab dan Tionghoa yang bisa dibilang unik atau beda dari yang lain.
Penasaran bagaimana prosesi pernikahan adat Betawi? Ini dia ulasannya, Moms!
Foto: Melamar Adat Betawi.jpg
Melamar atau 'ngelamar' adalah tahapan pertama dalam proses pernikahan adat Betawi.
Pada tahapan ini, pihak keluarga calon pengantin pria untuk meminta izin secara resmi kepada pihak calon mempelai wanita.
Ngelamar dilakukan oleh beberapa atau keluarga pihal pria yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan seserahan, antara lain:
Setelah proses selesai, prosesi pernikahan adat Betawi dilanjutkan dengan membicarakan seputar emas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita).
Pembahasa ini dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Baca Juga: Kangen Makanan Tradisional Ketan Yang Gurih? Intip 6 Resep Wajik Ketan di Sini yuk!
Prosesi pernikahan adat Betawi berikutnya adalah tande putus.
Ini merupakan salah satu acara yang tak boleh dilewati dalam proses pernikahan adat Betawi.
Acara ini hampir sama dengan proses melamar. Pihak utusan dari laki-laki yang datang menemui keluarga calon mempelai perempuan adalah orang-orang dari keluarga pria yang telah dipercaya.
Sebagai simbolis, orang Betawi umumnya memberi tande putus atau sejenis pengikat jalinan kedua calon mempelai, umumnya berupa cincin iris rotan, uang pesalin (uang seserahan), dan bermacam jenis kue.
Apabila tande putus telah disepakati, dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal, biaya pesta pernikahan, lamanya acara, atau tempat pernikahan diselenggarakan.
Foto: Mahar Pernikahan.jpg
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok dalam prosesi pernikahan adat Betawi ini.
Pada zaman dulu, proses ini menentukan nominal yang diinginkan untuk mas kawin.
Apabila pihak calon menantu wanita mengatakan “None kite minta mate bandeng seperangkat,” itu adalah kata kiasan yang berarti mereka menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian.
Bila mereka menyatakan, “None kite minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan pembahasan tentang mas kawin ini, pihak pengantin pria biasanya akan memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mahar pernikahan.
Prosesi pernikahan adat Betawi berikutnya adalah masa dipiare.
Ini adalah proses di mana calon pengantin wanita (none mantu) dijaga oleh tukang piare atau dukun pengantin selama satu bulan.
Jika Moms pernah mendengar masa 'pingitan' ini juga maknanya hampir sama.
Hal ini ditujukan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan fisik mental, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan.
Selain perawatan fisik, biasanya calon pengantin wanita akan melaksanakan program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh idealnya.
Ia akan disarankan untuk minum jamu godok dan jamu air akar secang.
Saat ini sudah ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
Baca Juga: 8 Penyebab Utama Masalah Komunikasi dalam Pernikahan
Foto: Siraman Betawi.jpg
Acara siraman menjadi masuk ke dalam rangkaian pernikahan adat Betawi.
Hampir sama dengan proses siraman pernikahan adat pada umumnya. Calon mempelai wanita akan dimandikan sehari sebelum akad nikah.
Proses dari acara siraman ini yaitu calon pengantin akan mengenakan baju kebaya tipis, sarung, dan penutup rambut dan memakai kerudung tipis.
Calon mempelai wanita akan meminta restu kepada kedua orang tua dan berjalan ke tempat siraman diiringi perang badar.
Setelah itu, mempelai akan dimandikan dengan air kembang oleh dukun pengantin.
Setelah acara siraman, calon mempelai wanita akan melakukan upacara Tanggas yaitu mandi uap untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh.
Nah setelah itu, prosesi pernikahan adat Betawi berikutnya adalah Potong Centung.
Ini adalah kegiatan membersihkan rambut yang tumbuh di sekitar tengkuk, leher, dan pelipis calon wanita.
Kemudian dukun pengantin akan membuat centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan uang logam agar si wanita mendapat keselamatan dan keberkahan.
Prosesi ini berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita dengan baju khas yang dikenakannya.
Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cangkir dengan sekuntum bunga mawar, hingga peralatan merias.
Foto: Ngerudat Betawi.jpg
Lanjut pernikahan adat Betawi berikutnya, yakni Ngerudat.
Ini merupakan prosesi iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju kediaman calon pengantin wanita.
Keberangkatan rombongan ini disebut rudat yang artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.
Ini berlangsung menjelang upacara akad nikah. Baju yang dikenakan yakni pakaian khas Betawi.
Biasanya, keluarga calon pengantin pria akan membawa seserahan berupa sirih nanas, mahar, miniatur masjid, sepasang roti buaya, kue penganten, pesalin, shie, serta makanan khas Betawi lainnya.
Ini ditempatkan dalam wadah berbentuk perahu sebagai simbol bahwa pasangan bisa mengarungi permasalahan kehidupan.
Baca Juga: 9 Upacara Kelahiran Bayi, Hanya Ada di Indonesia
Palang Pintu adalah proses pernikahan adat Betawi berikutnya.
Ini adalah tradisi berbalas pantun dan adu silat sebelum mempelai pria diterima masuk ke dalam rumah calon mempelai wanita.
Sebelum ini berlangsung, keluarga mempelai pria akan memberitahu maksud kedatangan mereka yang berlanjut dengan balas pantun dan doa.
Kemudian pihak keluarga wanita akan menguji kesaktian pihak pria. Setelah itu, dilanjutkan dengan ijab qabul atau akad nikah.
Foto: Pernikahan Adat Betawi.jpg
Nah, menuju puncak acara pernikahan adat Betawi, yakni akad nikah.
Pada umumnya, biasanya dilaksanakan hari Jumat setelah Salat Jumat di kediaman calon pengantin wanita.
Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin wanita akan meminta restu kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Ayah calon pengantin wanita akan menikahkan anaknya atau meminta penghulu untuk mewakilkan.
Selama pelaksanaan akad nikah, calon mempelai wanita menunggu di dalam kamar.
Akad nikah telah berhasil dilaksanakan, prosesi pernikahan adat Betawi dilanjutkan dengan Dipuade.
Ini merupakan dimana kedua mempelai duduk dan tukang rias membuka cadar atau penutup wajah mempelai wanita.
Selanjutnya, mempelai pria memberi sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih.
Biasanya di dalam rangkaian sirih diselipkan uang sebagai uang sembeh kemudian dilanjutkan dengan prosesi sembah dan mencium mempelai wanita kepada mempelai pria.
Setelah itu, kedua mempelai meminta restu kedua pihak orangtua dan dilanjutkan dengan suapan nasi kuning sebagai tanda orang tua telah melepas putrinya.
Baca Juga: 7+ Ide Dekorasi Akad Nikah, Dari Minimalis Hingga yang Mewah
Nah, itu dia Moms rangkaian dan proses pernikahan adat Betawi. Cukup sakral dan menarik sekali ya setiap tahapan prosesinya.
Jakarta (ANTARA) - Pernikahan adat Betawi memiliki keunikan tersendiri sebagaimana adat-adat pernikahan berbagai suku bangsa di Indonesia yang kaya kearifan lokal.Setiap proses pernikahan memiliki sifat sakral, unik, dan penuh warna. Pernikahan adat Betawi yang sudah ada turun temurun, perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan Tionghoa.Bagi Anda yang ingin mengadakan pernikahan menggunakan adat Betawi, tentu harus mengetahui rangkaian proses dan maknanya. Berikut susunan acara singkat dalam pernikahan adat Betawi:Baca juga: Prosesi pernikahan adat Minang, ini urutan dan tata caranya
Melamar atau "ngelamar" merupakan awal perjalanan dari pernikahan adat Betawi. Sebagaimana ada di beberapa tradisi daerah lainnya, "ngelamar" dalam adat Betawi adalah saat calon mempelai pria bersama keluarganya mendatangi calon mempelai wanita dan mengungkapkan pernyataan cinta serta keinginan meminang.
Terdapat berang – barang seserahan yang wajib dibawa seperti, sirih embun yang dilipat bulat dan berisikan rempah – rempah, tembakau dan bunga tujuh rupa.Tidak hanya itu saja, keluarga pihak laki – laki juga harus membawa dua sisir pisang raja yang di tutup dengan kertas warna warni pada bagian ujungnya, roti tawar yang ditaruh pada nampan berisikan kertas warna warni dan bingkisan sembah lamaran berupa make up, tas dan lainnya.
Serangkaian tande putus ini seperti pertunangan. Dengan mengikat mempelai wanita dengan mempelai pria, secara langsung memberitahukan kepada masyarakat bahwa keduanya sudah memiliki keterikatan dan tidak boleh diganggu dengan yang lain.
Proses tande putus biasanya memberikan simbolis berupa cincin iris rotan, kue, dan duit pesalin (uang seserahan).Baca juga: Cara hitung biaya katering resepsi pernikahan
3. Masa DipiareTahapan ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan kecantikan calon mempelai wanita, yang biasanya dilakukan selama satu bulan. Namun, untuk zaman sekarang masa dipiare dilakukan hanya 2-3 hari sebelum pernikahan.
Prosesi ini biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Siraman ini biasanya juga diisi dengan pengajian untuk meminta restu dan mendoakan agar pernikahan lancar.
Adat siraman ini bermakna mengenai pentingnya calon mempelai wanita membersihkan diri. Oleh karenanya, dalam prosesi ini calon mempelai wanita dimandikan dengan air kembang, berisi kembang setaman dicampur daun jeruk purut, akar wangi, sereh, daun mangkok dan pandan.
5. Ngerik dan potong centung
Serangkaian ini bertujuan untuk membersihkan bulu halus yang ada di sekitar tengkuk, leher dan kening. Setelah itu, tukang piare membuatkan centung menggunakan uang logam dan menjepitkannya pada bagian rambut sisi pipi calon mempelai wanita untuk mendapatkan keberkahan dan keselamatan.Baca juga: Berapa biaya untuk menggelar pernikahan di gedung?
Proses serangkaian selanjutnya berupa ritual khusus yang dilakukan oleh tukang piare. Proses ini wajib dihadiri oleh keluarga dan teman dekat calon mempelai wanita. Perlengkapan yang dibutuhkan berupa daun pacar, bakul isi beras, bumbu dapur, dan sirih.
Ngerudat merupakan proses sebelum pernikahan ketika mempelai pria membawa rombongan keluarga serta iring – iringannya menuju tempat melaksanakan pernikahan. Biasanya mereka disambut dengan petasan untuk menandai bahwa mempelai pria sudah datang.
Serangkain ini berupa tradisi berbalas pantun dan adu silat sebelum mempelai pria diperbolehkan masuk. Untuk memberitahukan maksud dan tujuan kedatangannya melalui balas pantun serta silat dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses ijab qabul.
Dengan membawakan seserahan berupa sayur besan, roti buaya, dodol, kue, nasi kuning, dan bekakak ayam.
Setelah acara akad nikah, pengantin pria dipersilakan untuk membuka cadar pengantin wanita dan duduk bersanding di puade. Setelah itu, dilanjutkan dengan bersimpuh kepada kedua pihak keluarga untuk meminta doa dan terakhir ditutup dengan tarian kembang.Baca juga: Palang pintu, cara pria Betawi buktikan kesungguhan pinang pujaan hatiBaca juga: Adat Betawi jadi tema Gebyar Pernikahan Indonesia 2019
Pewarta: Sean Anggiatheda SitorusEditor: Suryanto Copyright © ANTARA 2024
Hallo guys! Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas wilayah yang sangat luas. Dengan luasnya luas wilayah negara kita, lahir berbagai adat dan budaya yang menarik untuk kita ketahui. Disetiap kebudayaan dimasing-masing wilayahnya, terdapat adat istiadat pernikahan yang sangat unik dan cukup berbeda. Prosesi pernikahan adat adalah salah satu hal yang cukup sakral, setiap kegiatan memiliki tahapan yang berbeda dan tentu ada ritual yang harus dijalani yang sarat dengan makna. Hal ini juga yang terjadi pada pernikahan dengan adat Betawi. Lalu, bagaimana prosesi pernikahan adat Betawi?
Untuk kamu yang akan melangsungkan pernikahan menggunakan adat Betawi, ada beberapa hal yang tentunya harus dilakukan. Seperti apa prosesi pernikahan adat Betawi? Dan apa aja sih makna-maknanya? Simak terus informasinya hingga selesai ya!
Hal pertama yang harus kamu lakukan untuk melangsungkan pernikahan menggunakan adat Betawi adalah ngedelengin. Ngedelengin adalah proses mencari pasangan yang bisa dilakukan siapa saja, termasuk laki-laki itu sendiri. Setelah dirasa menemukan pasangan yang cocok, proses meminta ke pihak perempuan untuk dilakukan oleh seseorang yang di sini disebut Mak Comblang.
Mak Comblang akan menjadi juru bicara dan biasanya dilakukan oleh encang (paman) dan encing (bibi) dari masing-masing keluarga. Dari sinilah Mak Combang akan membicarakan banyak hal terkait proses pernikahan dengan adat Betawi.
Jika pihak perempuan sudah cocok, maka Mak Comblang akan memberi uang sembe atau angpao. Kemudian pihak perempuan akan menggantungkan ikan bandeng di depan rumah yang menandakan bahwa anak gadis di rumah tersebut sudah ada yang menyukai.
Seperti pada umumnya, pada proses ini pihak laki-laki akan meminta calon perempuan ke rumahnya yang diwakili oleh Mak Comblang beserta beberapa orang sebagai saksi untuk memperkuat keputusan. Mak Comblang akan membicarakan banyak hal mengenai susunan acara pernikahan nanti.
Pada tahapan ini ada beberapa benda yang wajib dibawa oleh pihak laki-laki seperti sirih embun (berupa daun sirih yang dilipat bulat lalu diikat potongannya menggunakan kertas minyak, pisang raja (diletakkan di atas nampan dengan hiasan warna-warni), roti tawar (diletakkan di atas nampan warna-warni), uang sembah lamaran (berupa hadiah seperti baju, celana, sepatu, makeup, dan lain-lain).
Tande putus artinya baik laki-laki atau perempuan sudah terikat dan tidak boleh diganggu orang lain. Tahapan ini hampir sama dengan proses pertunangan dan dilakukan seminggu setelah proses ngelamar. Mak Comblang sebagai utusan dari keluarga laki-laki akan membawa tande putus untuk mengikat kedua calon mempelai.
Sebagai simbolis, orang Betawi umumnya akan memberikan tande putus kepada calon kedua mempelai berupa cincin iris rotan, duit pesalin (uang seserahan), dan bermacam-macam kue.
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin perempuan dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan saat menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik juga dilengkapi dengan program diet dengan pantangan untuk memakan makanan tertentu.
Saat ini sulit untuk melakukan masa dipiare ini selama satu bulan penuh, karena calon mempelai perempuan selama masa ini tidak boleh keluar rumah. Maka untuk menyiasatinya, masa dipiare dilakukan selama 2-3 hari sebelum hari pernikahan.
Acara siraman ini dilakukan dengan memandikan calon none mantu (mempelai perempuan) yang dilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Tujuan dari acara siraman ini agar tubuhnya wangi dan mengurangi keringat di hari pernikahannya. Sebelum acara siraman juga biasanya dilangsungkan acara pengajian untuk mendoakan kelancaran acara pernikahan.
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara siraman berupa jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, sereh, dan lain-lain. Pada prosesi ini biasanya diiringi dengan bacaan sholawat dan dzikir.
Setelah acara siraman, calon mempelai perempuan akan menjalani upacara tangas atau kum (mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini juga ditujukan untuk menghaluskan kulit tubuh dan mengurangi keringat pada hari pernikahan.
Ngerik dan Potong Centung
Proses membersihkan bulu-bulu kalong pada calon mempelai perempuan yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk, dan leher. Setelah itu, tukang piare akan membuatkan centung (potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya. Hal ini bertujuan agar pengantin selalu mendapatkan keberkahan dan keselamatan.
Malam pacar adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh tukang piare serta dihadiri juga oleh keluarga beserta teman dekat calon mempelai perempuan. Perlengkapan yang harus ada pada proses ini diantaranya daun pacar, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam kapur sirih, bumbu sirih, kue beras khas Betawi, dan juga alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan.
Pada hari pernikahan diawali dengan prosesi ritual ngerudat yakni iring-iringan rombongan calon mempelai laki-laki yang datang menuju rumah dari calon pengantin perempuan untuk melaksanakan pernikahan. Pada proses ini biasanya disambut dengan petasan sebagai tanda rombongan laki-laki akan segera tiba.
Palang Pintu dan Di Puade (Setelah Akad Nikah)
Setelah melakukan akad nikah, selanjutnya prosesi buka palang pintu yang merupakan perjuangan calon mempelai laki-laki menghadapi utusan mempelai perempuan. Dalam prosesi ini akan ada acara simbolik dengan atraksi silat dan pantun.
Terakhir ada prosesi di puade. Ritual ini dilaksanakan dimana kedua mempelai harus duduk di tukang rias membuka roban tipis yang menutupi mempelai wanita. Mempelai pria memberi sirih dare lalu kemudian dilanjutkan dengan prosesi sembah dan cium mempelai wanita kepada mempelai pria. Setelah itu, kedua mempelai bersimpuh pada kedua orang tua dan ditutup dengan suapan nasi kuning sebagai tanda orang tua telah melepas putrinya.
Belanja di App banyak untungnya:
Upacara pernikahan di Indonesia sangat beragam, mulai dari tradisi Jawa, Aceh, Padang hingga pernikahan adat Betawi.
Adat Betawi identik dengan pernikahan bagi calon pengantin yang dimeriahkan dengan 'lempar pantun'.
Nah untuk mengenal lebih dalam, yuk cari tahu prosesi pernikahan adat Betawi berikut ini.